Bus Listrik Sebagai Alternatif Pengurangan Emisi Gas
Studi IQ AirVisual mengenai kualitas
udara di dunia menyatakan DKI Jakarta sebagai kota paling berpolusi di tahun
2018. Rata-rata harian kualitas udara ibu kota Indonesia pada tahun itu adalah
45,3 mikrogram per meter kubik udara. Angka tersebut melampaui rata-rata harian kualitas udara normal yang
ditetapkan World Health Organization (WHO)
sebesar 25 mikrogram per meter kubik. Sebagian besar faktornya adalah emisi gas
yang dikeluarkan alat transportasi.
PT. Transportasi Jakarta kemudian
menggagas alat transportasi yang berbeda. Dua jenis transjakarta sebelumnya
menggunakan bahan bakar solar dan gas. Kali ini, PT. Transportasi Jakarta
mengeluarkan bis listrik dengan menggunakan baterai. Direktur Utama PT. Transportasi Jakarta, Agung
Wicaksono, memberikan penjelasan urgensi penggunaan bus listrik.
Pengenalan bus listrik
transjakarta dilakukan di Car Free Day (CFD) di sekitaran Bundaran HI pada Minggu, 4 Mei 2019.
Terdapat 2 unit bus listrik yang dapat dinaiki oleh pengunjung untuk
melihat-lihat sekaligus bertanya kepada beberapa teknisi yang ada di acara
tersebut. Salah satu teknisi, Indarto Sobari, membagikan informasi mengenai
keunggulan dari bus listrik transjakarta.
Para pengunjung diberikan
kebebasan untuk masuk ke dalam bus dan menikmati fasilitas yang tersedia. Salah
satu pengunjung, Alif, memberikan impresi saat pertama kali menaiki bus listrik.
Bus listrik akan melaksanakan masa uji coba jika Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) sudah keluar. Masa uji coba akan dilaksanakan selama 6-12 bulan. Rute uji coba bus listrik yang diusulkan adalah Koridor 1 (Monas - Bundaran Senayan) dan Koridor 6 (Ragunan - Kuningan) dengan jam operasional pukul 05.00 - 22.00 WIB.
0 comments