Bus Listrik Sebagai Alternatif Pengurangan Emisi Gas

by - May 09, 2019


Studi IQ AirVisual mengenai kualitas udara di dunia menyatakan DKI Jakarta sebagai kota paling berpolusi di tahun 2018. Rata-rata harian kualitas udara ibu kota Indonesia pada tahun itu adalah 45,3 mikrogram per meter kubik udara. Angka tersebut melampaui  rata-rata harian kualitas udara normal yang ditetapkan World Health Organization (WHO) sebesar 25 mikrogram per meter kubik. Sebagian besar faktornya adalah emisi gas yang dikeluarkan alat transportasi.



PT. Transportasi Jakarta kemudian menggagas alat transportasi yang berbeda. Dua jenis transjakarta sebelumnya menggunakan bahan bakar solar dan gas. Kali ini, PT. Transportasi Jakarta mengeluarkan bis listrik dengan menggunakan baterai.  Direktur Utama PT. Transportasi Jakarta, Agung Wicaksono, memberikan penjelasan urgensi penggunaan bus listrik.





Pengenalan bus listrik transjakarta dilakukan di Car Free Day (CFD) di sekitaran Bundaran HI pada Minggu, 4 Mei 2019. Terdapat 2 unit bus listrik yang dapat dinaiki oleh pengunjung untuk melihat-lihat sekaligus bertanya kepada beberapa teknisi yang ada di acara tersebut. Salah satu teknisi, Indarto Sobari, membagikan informasi mengenai keunggulan dari bus listrik transjakarta.



Para pengunjung diberikan kebebasan untuk masuk ke dalam bus dan menikmati fasilitas yang tersedia. Salah satu pengunjung, Alif, memberikan impresi saat pertama kali menaiki bus listrik.



Bus listrik akan melaksanakan masa uji coba jika Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) sudah keluar. Masa uji coba akan dilaksanakan selama 6-12 bulan. Rute uji coba bus listrik yang diusulkan adalah Koridor 1 (Monas - Bundaran Senayan) dan Koridor 6 (Ragunan - Kuningan) dengan jam operasional pukul 05.00 - 22.00 WIB.

You May Also Like

0 comments