“Ngangeni”. Itu lah satu kata yang dilontarkan Jaya Indra
Hermawan, pemudik asal Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur ketika ditanya
mengenai kuliner khas di daerahnya. Rasanya yang ‘ngangeni’ atau ‘bikin kangen’
itu yang ia tunggu-tunggu dari mie combor, makanan khas Kraksaan. Jaya mengadu
nasib di Malang. Setiap pulang ke Kraksaan saat momen lebaran, ia menyempatkan
diri untuk makan mie combor.
Sani, penjual yang menyebut dirinya sebagai generasi kedua
dari peracik mie combor pertama, menyatakan kuliner ini sudah dihidangkan sejak
tahun 1951. Peracik pertamanya bernama Siswono yang akrab dipanggil “Haji Siswo”.
Sani menjelaskan kenapa kuliner khas Kraksaan itu dinamakan “mie combor”.
Menurut Sani, yang membuat mie combor berbeda dari jenis mie
lainnya adalah proses memasak yang menggunakan arang. Ia tidak menggunakan
kompor demi mempertahankan cita rasanya. Bumbu yang digunakan adalah merica,
garam, bawang putih, dan kecap.
Proses awalnya adalah merebus mie beserta kecambah atau
tauge dengan air di atas tungku arang. Setelah matang, wajan berisi rebusan mie
itu dipindahkan ke panci besar.
Setelah itu ditaruh ke masing-masing piring untuk diberikan
lauk tambahan berupa suwiran ayam dan telur asin.
Mie combor siap disajikan. Tersedia opsi untuk pelanggan.
Jika ingin merasakan pedas, tinggal tambahkan cabai rawit yang ada di setiap
meja. Kalau ingin tambah segar dan asam, tinggal ditambah perasan jeruk limau
yang tersedia di setiap meja.
Kita dapat menemui Warung Mie Combor Bu Sani di samping
Alun-Alun Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Warung ini satu-satunya
yang mempelopori mie combor. Satu porsi mie combor dipatok harga Rp12.000.
Selama musim lebaran, harga mie combor tidak naik. Mereka mulai membuka
warungnya dari pukul 17.00 sampai pukul 01.00 jika stok masih tersedia. Sani
mengatakan, saat musim lebaran stok mereka habis pada pukul 23.00. Mie combor
dapat dijadikan opsi ketika jenuh dengan makanan bersantan saat lebaran.