Perilaku Konsumtif Akibat Cashback Yang Menjamur
Promosi cashback terus digencarkan oleh perusahaan dompet digital
demi mendapatkan perhatian konsumen. Fenomena ini memengaruhi perilaku membeli
masyarakat menjadi lebih konsumtif.
Membeli makanan atau barang yang
tidak direncanakan sebelumnya. Itulah yang Nathalia Iyuskori (20), seorang
mahasiswa, lakukan setelah menjamurnya promosi cashback. Menurutnya, dengan membeli barang saat promosi cashback
memberikan keuntungan. “Cashback jadi
pertimbangan buat beli barang karena lumayan. Dapet kualitas lebih bagus dengan
kualitas yang sama,” ucap Nathalia saat diwawancara pada Sabtu (14/12/2019).
Apa itu Cashback?
Cashback menjamur di berbagai gerai makanan atau gerai lainnya seiring
dengan pertumbuhan perusahaan dompet digital di Indonesia. Dikutip dari
cashbac.com, cashback adalah penawaran di mana pembeli diberikan
persentase pengembalian uang tunai atau uang virtual atau bahkan diberikan
suatu produk tetapi dengan memenuhi syarat pembelian tertentu yang telah
ditentukan oleh pihak penyelenggara cashback.
Pihak penyelenggara cashback
adalah perusahaan dompet digital yang telah mendapatkan perizinan dari Bank Indonesia. Sampai saat ini, terdapat 39 perusahaan dompet digital yang
mendapatkan izin operasional. Dengan menjamurnya perusahaan dompet digital,
promosi terus ditingkatkan untuk menarik konsumen. Salah satunya adalah dengan
mengeluarkan promosi cashback.
Tren Cashback di Indonesia
Promosi cashback yang dikeluarkan
oleh beberapa perusahaan dompet digital memengaruhi tren penggunaan dompet
digital di Indonesia. Transaksi dengan menggunakan dompet digital atau uang
elektronik meningkat dalam kurun waktu satu tahun. Hal ini terlihat dari data
Bank Indonesia mengenai transaksi uang elektronik tahun 2019. Pada
Januari-Oktober 2019 terdapat pembayaran digital sebanyak 4,22 miliar transaksi
atau naik mencapai 2 kali lipat dari periode yang sama pada tahun sebelumnya
yaitu sebanyak 2,28 miliar transaksi.
Menurut laporan 2019 Year in
Search Indonesia: Insight for Brands yang dikeluarkan oleh Google, E-Money
masuk ke dalam 5 tren pencarian teratas. Terdapat 2,7 kali kenaikan pencarian “dompet
digital terbaik” dan 2,9 kali kenaikan pencarian “bagaimana cara membayar
menggunakan e-money” dari tahun-tahun sebelumnya.
Masih dari laporan yang sama, dompet
digital mengalami pertumbuhan lebih dari 5 kali setiap tahunnya di Asia
Tenggara. Pertumbuhan ini dikarenakan faktor kemudahan, praktis, dan banyaknya
promosi (diskon, hadiah, dan cashback).
Cashback Menimbulkan Perilaku Konsumtif
Perilaku yang dilakukan Nathalia dapat
dikategorikan sebagai perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif menurut Hamilton dkk.
(2005) disebut dengan istilah wasteful consumption
yang dimaknai sebagai perilaku konsumen dalam membeli barang dan jasa yang
tidak berguna atau mengkonsumsi lebih dari definisi yang masuk akal dari
kebutuhan.
Fenomena ini dipertegas lagi
dengan pernyataan Daisy Indira Yasmine, Dosen Sosiologi Universitas Indonesia.
Menurutnya, cashback merupakan salah
satu strategi pelaku bisnis yang mendorong masyarakat untuk menjadi lebih
konsumtif. Ia menyebut fenomena itu dengan “conspicious
consumption”. “Conspicuous consumption,
membuat masyarakat sangat tergantung pada institusi ini lalu membeli sesuatu
bukan berdasarkan kebutuhannya,” kata Daisy saat diwawancara melalui telepon
pada Jumat (13/12/19).
Perilaku konsumtif akibat dompet
digital juga ditemukan oleh Pusat Penelitian Politik – Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (P2P-LIPI) dalam penelitian kepustakaannya. Mereka menyimpulkan bahwa
teknologi berperan penting mendorong konsumsi masyarakat menengah Indonesia
agar lebih konsumtif. Salah satunya dengan kehadiran uang elektronik (e-money) atau dompet digital.
Perilaku konsumtif memberikan
dampak pada individu yaitu tidak stabilnya keuangan pribadi. Tidak hanya itu,
perilaku konsumtif juga dapat memengaruhi perekonomian negara seperti
terjadinya inflasi.
Daisy menyatakan, perilaku
konsumtif dapat dikontrol agar tidak memberikan dampak negatif yang signifikan.
“Harus dari control diri sendiri dengan mengerti dan bisa menjadi perilaku
konsumsi yang cerdas. Jadi bisa memilih dan memilah mana yang penting mana yang
tidak. Jangan cuma ikutan dan dorongan teman. Apakah barang itu yang ingin dia
beli, diperlukan atau tidak, apa karena ini cuma karena program cashback aja. Dari
sisi pemerintah mungkin regulasi untuk membantu masyarakat tidak menjadi yang
terlalu konsumtif,” jelas Daisy.
Keyword:
Perilaku konsumtif, cashback,
dompet digital, e-money
Sumber:
Hamilton, dkk. (2005). Wasteful Consumption in Australia. The
Australia Institute. Discussion Paper Number 77 March 200.
Raharjo, Wasisto. (2015). Less Cash Society: Menakar Mode Konsumerisme
Baru Kelas Menengah Indonesia. Jurnal Sosioteknologi, 14, 111.
0 comments